PATOFISIOLOGI CHF
Bila reservesi jantung normal untuk
berespons terhadap stress tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic
tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa, dan akibatnya
terjadi gagal jantung. Demikian juga, pada tingkat awal, disfungsi komponen
pompa secara nyata dapat mnegakibatkan gagal jantung. Jika reservasi jantung
normal mengalami kepayahan dan kegagalan, respons fisiologis tertentu pada
penurunan cucrah jantung adalah penting. Semua respons ini menunjukkan upaya
tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terdapat empat
mekanisme respons primer terhadap gagal jantung meliputi :
a.
Meningkatnya aktivitas adrenergic
simpatis
Menurunnya
volume sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respons simpatis kompensatoris.
Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis merangsang pengeluaran katekolamin
dan saraf-saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Denyut jantung dan
kekuatan kontraksi akan meningkat untuk meningkatkan curah jantung. Arteri
perifer juga melakukan vasokontriksi untuk menstabilkan tekanan arteri dan
redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke orgab-organ yang
rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal. Hal ini bertujuan agar perfusi
ke jantung dan otak dapat dipertahankan. Venokontriksi akan meningkatkan aliran
darah balik vena ke sisi kanan jantung, untuk selanjutnya menambah kekuatan
kontraksi sesuai dengan hokum starling.
Pada
keadaan gagal jantung, baroresptor diaktivasi sehingga menyebabkan peningkatan
aktivitas simpatis pada jantung, ginjal dan pembuluh darah perifer. Angiotensin
II dapat meningkatkan aktivitas simpatis tersebut.
Aktivitas
sistem saraf simpatis yang berlebihan menyebabkan peningkatan kadar
noradrenalin plasma, yang selanjutnya akan menyebabkan vasokontriksi,
takikardia, serta retensi garam dan air. Aktivitas simpatis yang berlebihan
juga dapat menyebabkan nekrosis sel otot jantung. Perubahan ini dapat
dihubungkan dengan observasi yang menunjukkan bahwa penyimpanan norepinefrin
pada miokardium mnejadi berkurang pada gagal jantung kronis.
b.
Meningkatnya beban awal akibat aktivasi
neurohormon
Aktivasi
sistem rennin - angiotensin - aldosteron (RAA) menyebabkan retensi natrium dan
air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut. Peningkatan
beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium sesuai dengan hokum
starling. Mekanisme pasti yang mengakibatkna aktivasi sistem RAA pada gagal
jantung masih belum jelas. Sistem RAA bertujuan menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit yang adekuat serta mempertahankan tekanan darah.
Renin
adalah enzim yang disekresikan oleh sel-sel juxtaglomerulus, yang terletak
berbatasan dengan arteriol renal eferen dan bersebalahan dengan macula densa
pada tubulus distal. Renin merupakan enzim yang mengubah angiotensinogen
(sebagian besar berasal dari hati) angiotensin I.
Angiotensin
converting enzyme (ACE) yang terikat pada membrane plasma sel endotel akan
memecah dua asam amino dan angiotensin I untuk membentuk angiotensin II.
Angiotensin II memiliki beberapa fungsi penting untuk memelihara homeostasis
sirkulasi, yaitu merangsang konstriksi arteriol pada ginjal dan sirkulasi
sistemis, serta mereabsorbsi natrium pada bagian proksimal nefron.
Angiotensin
II juga menstimulasi korteks adrenal untuk menskresi akdosteron, yang akan
merangsang reabsorbsi natrium (dalam pertukaran dengan kalium) pada bagina
distal dari nefron, serta di usus besar, kelenjar saliva dan kelenjar keringat.
Renin diskresikan pada keadaan menurunnya tekanan darah, kekurangan natrium dan
peningkatan aktivitas simpatis ginjal.
Angiotensin
I sebagina besar kemudian diubah di paru-paru menjadi angiotensin II, suatu zat
presor yang poten, oleh angiotensin converting enzyme (ACE). ACE juga dapat
memecah bradikinin dan bekerja pada sejumlah peptide lain. Angiotensin II
dipecah secara cepat oleh enzim non-spesifik yang disebut angiotensinase.
Angiotenisn II memegang peran utama dalam sistem RAA karena meningkatkan
tekanan darah dengan beberapa cara seperti vasokontriksi, retensi garam dan
cairan dan takikardia.
Peptida
natriretik atrial (PNA) disekresi oleh jantung kemudian masuk ke dalam
sirkulasi. Sekresinya terutama dipengaruhi oleh peningkatan tekanan pada
dinding atrium atau ventrikel, biasanya akibat peningkatan tekanan pengisian
atrium atau ventrikel. PNA menyebabkan dilatasi dari arteri yang mengalami
konstriksi akibat neurohormon lain serta meningkatkan ekskresi garam dan air.
c.
Hipertrofi ventrikel
Respon
terhadap kagagaln jantung lainnya adalah hipertrofi ventrikel atau bertembahnya
ketebalan dinding ventrikel. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam
sel-sel miokardium, bergantung pada jenis bebasn hemodinamika yang
mengakibatkna gagal jantung. Sarkomer dapat bertambah secara parallel atau
serial. Sebagai contoh, suatu beban tekanan yang ditimbulkan oleh adanya
stenosis aorta, akan disertai penambahan ketebalan dinding tanpa penambahan
ukuran runag di dalamnya. Respons miokardium terhadap beban volume seperti pada
regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya ketebalan dinding.
Kombinasi ini diduga merupakan akibat dari bartambahnya jumlah sarkomer yang
tersusun secara serial. Kedua pola hipertrofi ini dikenal sebagai hipertrofi
konsentris dan hipertrofi eksentris.
d.
Volume cairan berlebih
Remodelling
jantung terjadi agar dapat menghasilkan volume sekuncup yang besar. Karena
setiap sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak yang terbatas, maka
peningkatan volume sekuncup dicapai dengan peningkatan kumlah sarkomer seri,
yang akan menyebabkan peningkatan volume ventrikel. Pelebaran ini membutuhkan
ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat menimbulkan tekanan
intraventrikel yang sama sehingga membutuhkan peningkatan jumlah myofibril
parallel. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan ketebalan dinding ventrikel
kiri. Jadi, volume cairan berlebih menyebabkan pelebaran runag hipertrofi
eksentrik.
Keempat
respons ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan
istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung
biasanya tampak pada saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka
kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif (Muttaqin Arif, 2012 dikutip
dari aredhydrummer.blogspot.com/?view=sidebar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar